Contoh Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua unsur kimia yang berbeda. Nama senyawa biner dapat ditentukan berdasarkan jenis ikatan yang terbentuk antara kedua unsur tersebut. Berikut beberapa contoh nama senyawa biner:
Senyawa Biner Ionik
Senyawa biner ionik terdiri dari kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Penamaan senyawa ini menggunakan aturan berikut:
- Tulis nama kation terlebih dahulu, diikuti dengan nama anion.
- Ganti akhiran anion dengan "-ida".
Contoh:
- NaCl: Natrium klorida
- KBr: Kalium bromida
- CaO: Kalsium oksida
- MgS: Magnesium sulfida
Senyawa Biner Kovalen
Senyawa biner kovalen terdiri dari dua non-logam yang terikat melalui ikatan kovalen. Penamaan senyawa ini menggunakan aturan berikut:
- Tulis nama unsur yang lebih elektronegatif terlebih dahulu, diikuti dengan nama unsur yang kurang elektronegatif.
- Gunakan awalan angka Yunani untuk menunjukkan jumlah atom setiap unsur dalam molekul.
Contoh:
- CO: Karbon monoksida
- CO2: Karbon dioksida
- SO2: Sulfur dioksida
- PCl3: Fosfor triklorida
- N2O: Dinitrogen monoksida
Catatan:
- Jika hanya ada satu atom dari unsur pertama, awalan "mono-" dapat dihilangkan.
- Awalan "di-", "tri-", "tetra-", "penta-", "hexa-", "hepta-", "octa-", "nona-", dan "deca-" digunakan untuk menunjukkan jumlah atom unsur kedua.
Senyawa Biner Logam Transisi
Senyawa biner logam transisi memiliki rumus kimia yang unik karena logam transisi dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Penamaan senyawa ini menggunakan aturan berikut:
- Tulis nama logam terlebih dahulu, diikuti dengan nama non-logam.
- Tulis bilangan oksidasi logam dalam tanda kurung Romawi.
- Ganti akhiran non-logam dengan "-ida".
Contoh:
- FeCl2: Besi(II) klorida
- FeCl3: Besi(III) klorida
- CuO: Tembaga(II) oksida
- Cu2O: Tembaga(I) oksida
Catatan:
- Bilangan oksidasi logam dapat ditentukan dengan menggunakan aturan kimia lainnya.
Semoga contoh-contoh di atas dapat membantu Anda dalam memahami penamaan senyawa biner.